BANDAR LAMPUNG - Orientasi pendidikan di perguruan pinggi (PT) belum sejalan dengan tuntutan dan kebutuhan dunia kerja. Alhasil, lulusan PT bergelar diploma dan sarjana justru menyumbang persentase pengangguran tertinggi di Lampung.
Fakta tersebut berbanding terbalik dengan kelompok penduduk yang hanya tamat sekolah dasar (SD) atau sekolah menengah pertama (SMP) yang justru menjadi kelompok dengan jumlah pengangguran paling sedikit dalam persentase angkatan kerja.
Menurut Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Lampung Yusuf Kohar, cara berpikir sebagian besar sarjana masih sangat teoritis. Hanya sedikit lulusan PT yang memiliki wawasan dan cara kerja yang bisa diaplikasikan di lapangan kerja.
"Yang dikuasai hanya teoritis formal seperti masih di bangku kuliahan saja. Jadi belum memiliki sense terhadap kondisi dunia kerja. Penguasaan lapangan yang kurang," sesal Kohar, Minggu (18/12/2011).
Padahal, kata Kohar, dalam dunia kerja, yang paling dibutuhkan adalah cara berpikir dan bertindak yang praktis dan aplikatif. "Kalau bahasa kita (pengusaha) harus panjang langkahnya. Karena pintar saja tidak cukup. Nilai-nilai IPK (indeks prestasi kumulatif) yang bagus-bagus ternyata juga bukan jaminan," ujarnya.
Kohar menilai, dunia pendidikan saat ini masih terbelenggu sistem formal yang hanya fokus pada bidang-bidang kurikuler. Praktik-praktik lapangan dan praksis dari teori yang diajarkan tidak langsung bisa diaplikasikan ke dunia kerja.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung tahun 2011 menyebutkan, sebanyak 27 persen dari total 214 ribu pengangguran di Lampung pada tahun ini, memiliki latar belakang pendidikan perguruan tinggi. Angka tersebut membuktikan bahwa mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi tidak memberi jaminan pekerjaan bagi seseorang. (tribun)
Fakta tersebut berbanding terbalik dengan kelompok penduduk yang hanya tamat sekolah dasar (SD) atau sekolah menengah pertama (SMP) yang justru menjadi kelompok dengan jumlah pengangguran paling sedikit dalam persentase angkatan kerja.
Menurut Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Lampung Yusuf Kohar, cara berpikir sebagian besar sarjana masih sangat teoritis. Hanya sedikit lulusan PT yang memiliki wawasan dan cara kerja yang bisa diaplikasikan di lapangan kerja.
"Yang dikuasai hanya teoritis formal seperti masih di bangku kuliahan saja. Jadi belum memiliki sense terhadap kondisi dunia kerja. Penguasaan lapangan yang kurang," sesal Kohar, Minggu (18/12/2011).
Padahal, kata Kohar, dalam dunia kerja, yang paling dibutuhkan adalah cara berpikir dan bertindak yang praktis dan aplikatif. "Kalau bahasa kita (pengusaha) harus panjang langkahnya. Karena pintar saja tidak cukup. Nilai-nilai IPK (indeks prestasi kumulatif) yang bagus-bagus ternyata juga bukan jaminan," ujarnya.
Kohar menilai, dunia pendidikan saat ini masih terbelenggu sistem formal yang hanya fokus pada bidang-bidang kurikuler. Praktik-praktik lapangan dan praksis dari teori yang diajarkan tidak langsung bisa diaplikasikan ke dunia kerja.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung tahun 2011 menyebutkan, sebanyak 27 persen dari total 214 ribu pengangguran di Lampung pada tahun ini, memiliki latar belakang pendidikan perguruan tinggi. Angka tersebut membuktikan bahwa mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi tidak memberi jaminan pekerjaan bagi seseorang. (tribun)
Posting Komentar